EFEKTIVITAS
PENGGUNAAN KARTU DOMIRO
DALAM
PEMBELAJARAN BILANGAN ROMAWI
TERHADAP
AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI DABIN BARAT
BANTARKAWUNG BREBES
BANTARKAWUNG BREBES
PROPOSAL
SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar
Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Guru Sekolah
Dasar
Oleh
Panitia Sari
1402407083
PENDIDIKAN
GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS
ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
NEGERI SEMARANG
2011
PROPOSAL SKRIPSI
A.
Judul
Efektivitas penggunaan
kartu Domiro dalam pembelajaran bilangan Romawi terhadap aktivitas dan hasil belajar
siswa kelas IV SD Negeri di Dabin Barat Bantarkawung Brebes
B.
Latar
Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan
Nasional No. 20 Pasal 3 Tahun 2003, yaitu: “Pendidikan nasional bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.
(Ade Fadli, 2004)
Dari pengertian di atas tergambar
secara jelas bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk membina dan
menggambarkan persatuan bangsa diawali dari pemberian bekal pengetahuan, sikap
dan keterampilan kepada peserta didik. Salah satu tujuan pendidikan adalah
mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu tolok ukur untuk menilai keberhasilan
mengajar menggunakan hasil yang dicapai siswa dalam belajar. Pembelajaran
matematika di Sekolah Dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya
untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Untuk
dapat terlaksananya pembelajaran matematika dengan baik pada jenjang pendidikan
SD, diperlukan guru yang terampil merancang dan mengelola proses pembelajaran
seperti yang tercermin dalam rambu-rambu pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP) 2006. Rambu-rambu tersebut antara lain guru hendaknya dapat
memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar,
baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dari
pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa guru diharapkan dapat merancang dan
mengelola proses pembelajaran, agar dapat mengajarkan matematika dengan baik.
Mengajarkan matematika mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas dengan
sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat
belajar matematika dengan baik. Selain itu guru dituntut untuk menggunakan
strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar
matematika.
Matematika merupakan
ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Oleh
karena itu, penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan, dan konsep-konsep
matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Antonius Cahya
(2006: 1) menyatakan bahwa konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu
rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep
sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga
pemahaman yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan
pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya.
Salah satu materi
pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran matematika.
Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ditekankan pada pembelajaran
penguasaan bilangan (number sense)
yang tidak hanya bermakna mengenal dan terampil melakukan operasi pada
bilangan, tetapi harus dapat memantapkan pengetahuan tentang bilangan. (Tri,
2007: 3)
Perkembangan kognitif
anak usia Sekolah Dasar pada hakikatnya berada dalam operasi konkret. Siswa
sudah dapat memahami konsep-konsep matematika yang sangat sederhana, dan masih
dipengaruhi oleh objek-objek visual. Hal inilah yang menyebabkan pengajaran
matematika di Sekolah Dasar, terutama pada penanaman konsep dasar matematika
sangat diperlukan penggunaan alat peraga/praktik secara tepat.Selain itu, yang
menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika di Sekolah Dasar yaitu adanya
anggapan dari siswa bahwa matematika sulit dipelajari dan guru masih kurang
kreatif dalam membelajarkan matematika di Sekolah Dasar. Misalnya, guru masih
hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab yang membuat situasi
belajar siswa menjadi tertekan dan tidak menyenangkan. Kondisi belajar mengajar
seperti inilah yang menyebabkan perolehan nilai matematika pada siswa Sekolah
Dasar semakin merosot dibandingkan pelajaran lainnya. Hal ini perlu mendapat
perhatian khusus dari para guru serta calon guru untuk melakukan suatu upaya
agar dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswanya. Kline
(Dryen&VosdalamPitajeng, 2006: 1) menyatakanbahwabelajarakan efektif jika
dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Untuk itu, dalam belajar, siswa
diberi kesempatan merencanakan dan menggunakan cara belajar yang mereka
senangi.
Berdasarkan uraian di
atas, peneliti berupaya untuk mengubah situasi belajar siswa menjadi tidak
tertekan, menyenangkan, dan mudah dipahami yaitu dengan mengubah cara
pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dan tidak disukai siswa menjadi
lebih disukai siswa. Cara pembelajaran tersebut yaitu dengan menggunakan alat
peraga/praktik permainan kartu Domiro. Kartu Domiro merupakan media
visual/cetak, berisikan/tertuliskan bilangan asli dan bilangan Romawi.
Permainan kartu Domiro cocok untuk siswa kelas IV, karena siswa SD kelas IV masih senang bermain, bergerak,
bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan/memperagakan sesuatu secara
langsung.
Di Sekolah Dasar,
materi bilangan Romawi hanya diajarkan sekali yaitu di kelas IV semester 2.
Bukan berarti karena hanya diajarkan sekali maka bilangan Romawi merupakan
materi yang tidak penting, tapi sebaliknya bilangan romawi diajarkan di sekolah
dasar itu penting. Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari sering
dijumpai bilangan Romawi, seperti dalam bab buku, tingkatan, penomoran alamat
rumah, penomoran kelas, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa
pentingnya materi bilangan Romawi diajarkan di sekolah dasar, sehingga dalam
pembelajarannya diharapkan tidak membosankan bagi siswa. Pada saat kelas IV
siswa baru saja mengalami peralihan yakni dari kelas rendah ke kelas tinggi,
sehingga pembelajaran yang mengandung unsur permainan masih sangat membantu
guru dalam memberi pemahaman suatu konsep materi kepada siswanya.
Berdasarkan pengamatan
dan wawancara peneliti bersama guru kelas IV SD Negeri Jipang 02, dalam
pembelajaran bilangan Romawi belum pernah menggunakan metode atau media yang
dapat melibatkan siswa atau membuat siswa kreatif. Tetapi guru-guru di SD
Negeri Jipang, bahkan di Daerah Binaan (Dabin) Barat masih menggunakan metode
atau media konvensional.
Berdasarkan
uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengajaran
menggunakan kartu Domiro pada materi bilangan Romawi, dengan judul “Efektivitas
Penggunaan Kartu Domiro dalam Pembelajaran Bilangan Romawi Terhadap Aktivitas
dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri di Dabin Barat Bantarkawung Brebes”.
C. Identifikasi Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah
sebagai berikut:
1.
Pembelajaran dengan metode konvensional tanpa
media menyebabkan perolehan nilai matematika pada siswa Sekolah Dasar semakin
merosot dibandingkan pelajaran lainnya.
2.
Guru kurang kreatif dalam mengajar
matematika, khususnya dalam memanfaatkan atau menciptakan media, dan penggunaan
metode pembelajaran.
3.
Strategi pembelajaran matematika di
sekolah masih monoton (misal ceramah, diskusi, dan tanya jawab) atau masih
dengan cara konvensional, sehingga siswa akan merasa bosan dan takut terhadap
pelajaran matematika.
D. Pembatasan Masalah
Berdasarkan
identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:
1.
Faktor instrumen yang dieksperimenkan dalam
penelitian ini yaitu penggunaan kartu Domiro dalam pembelajaran bilangan Romawi.
2.
Faktor keefektifan media dalam meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bilangan Romawi.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat
dirumuskan sebagai berikut:
1.
Apakah aktivitas
belajar siswa yang menggunakan media permainan kartu Domiro lebih baik dari
pada aktivitas belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?
2.
Apakah hasil belajar
siswa yang menggunakan media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada hasil
belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?
F. Tujuan Penelitian
Tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.
Tujuan Umum
Untuk memperoleh alternatif media dalam
pembelajaran matematika khususnya pada materi bilangan Romawi.
2.
Tujuan Khusus
a. Untuk
memperoleh gambaran dan informasi, apakah
aktivitas belajar siswa yang menggunakan media permainan kartu Domiro lebih
baik dari pada aktivitas belajar siswa yang menggunakan pembelajaran
konvensional.
b. Untuk
memperoleh gambaran dan informasi, apakah hasil belajar siswa yang menggunakan
media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
G. Manfaat Penelitian
1.
Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan:
a.
Memberikan informasi
mengenai pengembangan media pada mata pelajaran matematika kepada dinas
pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar.
b.
Memberikan bahan kajian
lebih lanjut kepada peneliti dan akademisi mengenai, khususnya di bidang
pendidikan dan penyelenggaraan pembelajaran.
2.
Manfaat Praktis
Hasil temuan akan
memberikan acuan dan menyediakan alternatif kepada guru Sekolah Dasar mengenai:
a.
Media pembelajaran
matematika yang tepat dengan memperhatikan aktivitas belajar siswa.
b.
Media pembelajaran yang
inovatif dapat mengoptimalkan konstruksi pengetahuan siswa yang secara positif
mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa.
H. Landasan Teori dan Hipotesis
1. Landasan
Teori
a. Matematika
Sekolah Dasar
Istilah matematika
berasal dari bahasa Yunani, mathein
atau mathenein yang berarti
mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan bahasa Sansekerta,
medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensia.
(Nasution dalam Sri Subarinah, 2006: 1).
Materi yang diajarkan
di pendidikan Dasar dan Menengah disebut matematika sekolah. Menurut Depdikbud
(dalam Syarifudin, 2010) matematika sekolah memiliki ciri-ciri: 1) memiliki
obyek yang abstrak; 2) memiliki pola deduktif dan konsisten; 3) tidak dapat
dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).Matematika
sekolah mengandung pengertian bahwa materi dan pola pikirnya disesuaikan dengan
proses kemampuan siswa. Meskipun matematika sekolah mempunyai objek yang
abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari objek kongkrit.
Bidang kajian inti
matematika SD mencakup bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengelolaan data.
Materi matematika yang dipelajari sampai dengan kelas V mencakup bilangan serta
geometri dan pengukuran, sedangkan pengelolaan data baru ditambahkan
pembelajarannya di kelas VI.
b. Karakteristik
Siswa SD
Usia siswa SD berkisar antara 7-12 tahun. Menurut Jean Piaget (dalam
Soeparwoto, 2007: 85) anak usia 7-12 tahun merupakan tahap kongkret
operasional. Pada tahap ini anak sudah memahami hubungan fungsional, karena
mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak masih
kongkret, belum menangkap abstrak.
Menurut Nursidik Kurniawan (2007),ada beberapa karakteristik anak di
usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui
keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Adapun karakeristik
siswa SD diantaranya:
1)
Senang bermain
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan
kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah.
Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur
permainan di dalamnya.
2)
Senang bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD
dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru
hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau
bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama,
dirasakan anak sebagai siksaan.
3)
Anak senang bekerja dalam kelompok
Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar
aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi
aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya
dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang
lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa
guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja
atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.
4)
Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu
secara langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD
memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia
belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar
pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu,
fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD,
penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak
melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa.
Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan
anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
c.
Aktivitas Belajar
Menurut Poerwadarminta
(2002: 23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah
kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui proses interaksi guru dan siswa yang
menunjang keberhasilan belajar. Aktivitas tersebut diutamakan pada siswa, karena
dengan adanya aktivitas pada siswa dalam pembelajaran akan tercipta situasi
belajar yang aktif. Menurut Rochman Natawijaya (dalam Defriachmad Chanoago,
2010), belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan
keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh
hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor.
Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator
adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki
keaktifan apabila sering bertannya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan
tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas
belajar dan lain sebagainya.
Keterlibatan langsung
siswa didalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang lebih
tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar, mengamati
dan mengikuti akan tetapi terlibat langsung didalam melaksanakan suatu
percobaan, peragaan atau
mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif
mengalami dan melakukan proses belajar sendiri.
Berdasarkan uraian di
atas tersirat jelas bahwa aktivitas dalam belajar sangat diperlukan. Tanpa
aktivitas, kegiatan belajar tidak akan berlangsung dengan baik.
d.
Hasil Belajar
Menurut Slameto (2002:
2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut teori
behavioristik (dalam Asri Budiningsih, 2008: 20), belajar adalah perubahan
tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon.
Seperti halnya pendapat Thorndike (dalam Pitajeng, 2006: 39-40), mengemukakan
teori pembelajaran stimulus respon yang disebut juga koneksionisme. Teori ini
menyatakan bahwa pada hakekatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan
antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang dikemukakan
Thorndike, yang mengakibatkan munculnya stimulus-respon ini, yaitu hukum
kesiapan (law of readiness), hukum
latihan (law of exercise), dan hukum
akibat (law of effect).
Hukum latihan
menyatakan bahwa jika hubungan stimulus-respon sering terjadi, maka hubungan
akan semakin kuat.sedangkan semakin jarang hubungan stimulus-respon digunakan,
maka makin lemahlah hubungan yang terjadi.
Menurut Catharina
(2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar
setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku
tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu
apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan
perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.
Berdasarkan definisi di
atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang
diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.
e.
Media Pembelajaran
Menurut Martinis Yamin
(2007: 176), media adalah kata jamak dari medium berasal dari kata latin
memiliki arti perantara (between).
Secara definisi media adalah suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi
dari sumber ke penerima informasi.
Menurut Romiszowski
(dalam Basuki Wibawa, 2001: 12), media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu
sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam
proses belajar mengajar, penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media)
itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka.
Media yang digunakan
dalam pembelajaran ada bermacam-macam mulai dari media yang sederhana hingga
media yang rumit dan modern. Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam
pembelajaran.
Menurut Bretz (dalam
Martinis Yamin, 2007: 182), membagikan media menjadi tiga macam yaitu suara
(audio), visual, dan media gerak. Media bentuk visual dibedakan menjadi tiga
pula yaitu gambar visual, garis (grafis), dan simbol verbal.
Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan media pembelajaran berupa kartu Domiro. Kartu Domiro
tersebut termasuk ke dalam jenis media visual, karena kartu Domiro merupakan
media yang hanya berupa gambar.
f.
Kartu Domiro
Kartu Domiro merupakan
salah satu media visual/cetak. Dalam penelitian ini kartu Domiro digunakan
sebagai media dalam pembelajaran. Adapun kartu Domiro yang dimaksud berisikan/tertuliskan bilangan asli dan bilangan Romawi.
Kartu Domiro yang akan
digunakan berasal dari kertas manila yang ditempel di karton tebal, dengan
ukuran tiap kartu yaitu 3 cm x 6 cm dengan alasan ukuran kartu ini dapat atau
mudah dipegang anak yang rata-rata usia SD kelas IV.
Menurut Pitajeng (2006:
101), permainan dua persegi bilangan dipakai untuk memantapkan pemahaman anak
terhadap konsep bilangan. Permainan Domi
numbers dapat diberikan di kelas I SD sampai dengan kelas VI SD.
g.
Konsep Bilangan Romawi
Angka
romawi adalah angka yang disusun berdasarkan urutan. Angka romawi tersusun dari
tujuh angka dasar berurut dari yang paling kecil yaitu I (1), V (5), X (10), L
(50), C (100), D(500), M (1000).
Dalam
pembelajaran matematika materi bilangan Romawi di SD, siswa dituntut untuk:
1) Mengenal
bilangan Romawi
2) Dapat
membaca lambang bilangan Romawi
3) Dapat
menulis lambang bilangan Romawi
2.
Kerangka Berpikir
Salah satu materi
pelajaran yang diajarkan di SD adalah mata pelajaran matematika. Pelajaran
matematika di kalangan siswa SD dikategorikan sebagai salah satu pelajaran yang
sangat sulit dipelajari dan sebagai momok yang menakutkan. Sehingga guru
dituntut untuk menyampaikan materi pelajaran yang dapat dengan mudah dipahami
oleh siswa dan disesuaikan dengan perkembangan kognitifnya serta mampu
memotivasi siswa untuk lebih tertarik dan tidak takut pada mata pelajaran
matematika, sehingga hasil pembelajaran matematika dapat ditingkatkan.
Usaha untuk
meningkatkan keberhasilan pembelajaran matematika di kelas yaitu perlunya
dukungan dari semua komponen sistem pembelajaran yang ada. Sistem pembelajaran
yang dimaksud didalamnya mencakup penguasaan materi oleh guru, strategi/metode
pembelajaran yang tepat, pengelolaan kelas yang efektif, penggunaan media dan
alat bantu mengajar yang relevan, dan sarana prasarana sekolah.
Sesuai dengan tahap
perkembangan kognitif yang diajarkan oleh Piaget, bahwa anak SD kelas IV berada
pada tahap operasi konkret dimana anak mampu berpikir secara konkret dan mampu
menggeneralisasikan objek-objek yang diamatinya sehingga penggunaan kartu
Domiro dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan Romawi dapat membantu
siswa dalam menghafal, memahami, dan mengaplikasikan dalam penyelesaian
soal-soal. Dengan kata lain, penggunaan kartu Domiro mampu meningkatkan
aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika, dan efektif dalam
proses belajar mengajar di kelas dibandingkan dengan tidak menggunakan kartu
Domiro.
3. Hipotesis
Berdasarkan kerangka
berpikir, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:
: Rerata aktivitas belajar siswa
dengan penggunaan media permainan kartu Domiro tidak lebih baik dari pada
rerata aktivitas belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional.
: Rerata aktivitas belajar siswa dengan
penggunaan media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada rerata aktivitas
belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional.
: Rerata hasil belajar siswa dengan penggunaan
media permainan kartu Domiro tidak lebih baik dari pada rerata hasil belajar
yang menggunakan pembelajaran konvensional.
: Rerata hasil belajar siswa dengan penggunaan
media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada rerata hasil belajar yang
menggunakan pembelajaran konvensional.
I.
Metodologi
Penelitian
1.
Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. (Sugiyono, 2010 : 117)
Populasi dalam penelitian ini adalah
siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri di Dabin Barat Kecamatan Bantarkawung
Kabupaten Brebes. Adapun ciri-ciri dari populasi dalam penelitian ini yaitu:
1) Berakreditasi
sama.
2) Memiliki
prestasi terbaik di Dabin Barat Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes.
3) Memiliki
kualifikasi guru yang sama.
b. Sampel
Sampel penelitian menurut Sugiyono
(2010: 118), adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan
teknik Simple Random Sampling, dengan
sistem undian dengan maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama
untuk menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi
gulungan kertas sejumlah kelas, yang didalamnya tertulis nomor kelas, sehingga
didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.
2.
Variabel Penelitian
Setiap masalah penelitian harus
mengandung variabel yang jelas sehingga memberikan gambaran data atau informasi
yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
a. Variabel
Terikat
Variabel
terikat yaitu variabel tergantung atau variabel akibat. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar matematika.
b. Variabel
Bebas
Variable
bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Variabel bebas
dalam penelitian ini adalah pembelajaran bilangan Romawi dengan menggunakan
kartu Domiro.
Dalam penelitian ini, variabel bebas
penggunaan media kartu Domiro diperlukan sedemikian rupa terhadap kelompok
eksperimen, untuk mengetahui dampaknya terhadap variabel terikat yaitu aktivitas
dan hasil belajar matematika. Eksperimen dilakukan dengan cara membagi dua
kelompok. Kelompok satu pembelajaran tidak menggunakan kartu Domiro (kontrol),
sedangkan pada kelompok dua pembelajaran menggunakan kartu Domiro (eksperimen).
3.
Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan
mencari varibel-variabel penelitian dengan metode pengumpulan data sebagai
berikut:
a. Metode
Dokumentasi
Metode
dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara meminta data yang telah ada
sebelumnya. (Djarwanto, 1990 dalam admin4, 2008).
Dalam
hal ini dokumentasi yang digunakan adalah daftar nama siswa dan data kemampuan
awal siswa SD yang menjadi objek penelitian.
b. Metode
Observasi
Menurut
Sutrisno Hadi (dalam Tri Yunita, 2007: 51), metode observasi adalah metode yang
dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala
atau fenomena yang diselidiki. Jadi tanpa mengajukan pernyataan-pernyataan meskipun
objeknya orang.
Dalam
melaksakan observasi ini penulis menggunakan teknik check list (daftar cek)
yang memuat tentang faktor-faktor yang akan diselidiki dan skala penilaian akan
menggunakan teknik rating cale (skala
penilaian) dari skala paling rendah ke skala yang paling tinggi.
Observasi
sendiri akan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung pada kelas
eksperimen dan kelas kontrol oleh supervisor sesuai draf yang sudah ada.
c. Metode
Tes
Tes
dalam hal ini adalah sebagai alat pengungkap data secara sistematis untuk memperoleh
data atau kecenderungan atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang
dengan cara yang cepat dan tepat. Dalam penelitian ini tes berfungsi untuk
menguji hasil belajar bilangan Romawi dari kedua kelompok setelah masing-
masing memperoleh perlakuan.
Bentuk
tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dengan jumlah soal
15 dengan empat alternatif jawaban, masing-masing soal mempunyai poin 1 jika
jawaban benar, sehingga maksimal poin yang didapat adalah 15 jika semua jawaban
benar dengan waktu pengerjaan selama 60 menit.
4.
Instrumen Penelitian
Menurut Nana Sudjana (dalam Tri Raharja,
2007: 51), instrumen adalah alat pengumpulan data atau karena dalam penelitian
instrumen saling bertindak sebagai alat informasi, maka instrumen juga bisa disebut
alat evaluasi.
Dalam sebuah penelitian membutuhkan instrumen penelitian
sebagai alat untuk memperoleh data penelitian. Beberapa instrumen penelitian
yang diperlukan dalam penelitian eksperimen ini diantaranya adalah Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, kisi-kisi soal, soal-soal tes, lembar jawab tes, kunci jawaban tes, pedoman
penilaian, dan lembar pengamatan.
Dalam instrumen soal-soal tes, terdapat analisis uji coba instrumen.
Tujuan dari analisis uji coba instrumen ini adalah untuk mengukur validitas,
reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir soal.
a.
Validitas tes
Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi product moment dengan rumus :
Keterangan :
:
koefisien korelasi XY
N :
banyaknya subyek uji coba
∑X :
jumlah skor item
∑Y :
jumlah skor total
∑X² :
jumlah kuadrat skor item
∑Y² :
jumlah kuadrat skor total
∑XY :
jumlah perkalian skor item dengan skor total
(Sugiyono, 2010: 255)
Kemudian hasil dikonsultasikan dengan harga r product moment, dengan menetapkan taraf
signifikasi 5%, jika > , maka
alat ukur dikatakan valid.
b.
Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas perangkat tes soal pilihan ganda, digunakan
rumus KR-21 sebagai berikut :
Keterangan :
ri : reliabilitas instrumen
keseluruhan
k :
banyaknya item soal
M :
mean skor total
s :
standar deviasi
(Sugiyono, 2010: 186)
Besar dikonsultasikan dengan harga kritik product moment dengan menggunakan taraf
signifikansi (α) = 5%. Jika > , maka
perangkat tes dikatakan reliabel.
c.
Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui
tingkat kesukaran soal pilihan ganda digunakan rumus:
Keterangan :
p :
tingkat kesukaran
B :
banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js :
jumlah seluruh peserta tes
d.
Daya Pembeda Butir Soal
Untuk menghitung
daya pembeda butir soal pilihan ganda dapat digunakan rumus :
Keterangan :
D : daya pembeda soal
Upper Group: kelompok unggul
Lower Group: kelompok asor
∑ testi : jumlah siswa yang mengikuti tes
5.
Metode Analisis Data
a. Deskripsi
Data
Dalam
penelitian ini data yang nantinya diamati merupakan data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata,
kalimat, dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau
data kualitatif yang diangkakan. (Sugiyono, 2010: 15)
Data
kualitatif dalam penelitian ini berbentuk aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran
dengan penggunaan media permainan kartu Domiro, sedangkan data kuantitatifnya berupa
hasil belajar yang termasuk dalam data rasio.
Data
rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Data ini dapat
dirubah kedalam interval dan ordinal. Data ini juga dapat dijumlahkan atau dibuat
perkalian secara aljabar. Data rasio adalah data yang paling teliti. (Sugiyono,
2010: 16)
b.
Uji Prasyarat Analisis
Adapun uji
prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji
homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata.
1)
Uji Normalitas
Statistik parametris
bekerja berdasarkan asumsi bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis
berdistribusi normal (Sugiyono, 2010: 241). Dengan demikian, dalam pelaksanaan penelitian
ini diperlukan uji normalitas untuk menyelidiki bahwa sampel yang diambil untuk
kepentingan penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Dalam
penelitian ini uji normalitas dilakukan terhadap skor prestasi belajar yang
dicapai seluruh anggota sampel dengan menggunakan metode Liliefors. Pengambilan keputusan uji dan penarikan kesimpulan
diambil pada taraf signifikan 5%.
2)
Uji Homogenitas
Pada
dasarnya uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki terpenuhi tidaknya sifat
homogen pada variasi antar kelompok. Uji ini dilakukan terhadap skor prestasi
belajar yang akan dikenai analisis variasi.
Rumusan
hipotesis pada uji homogenitas ini adalah Ho = σ₁² = σ₂² melawan hipotesis alternatif H1 = paling sedikit satu tanda “=” tidak berlaku. Uji hipotesis mengenai
homogenitas variasi dilakukan dengan uji Bartlett.
Untuk uji Bartlett digunakan
statistik Chi Kuadrat, yaitu:
Pengambilan
keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikan
5%.
3) Uji
Kesetaraan pun uji prasyarat yang dipakai dalam
penelitian ini meuntuk lebih meyakinkan bahwa perbedaan aktivitas dan hasil
belajar matematika pada penelitian ini dikarenakan oleh perlakuan yang
diberikan, maka sebelum eksperimen berlangsung terlebih dahulu dilakukan uji
kesetaraan antar kelompok. Hasil uji ini akan menunjukkan setara tidaknya
kelompok-kelompok yang terlibat dalam eksperimen sebelum perlakuan diberikan.
Uji yang digunakan untuk mengetahui kesamaan rata-rata, menggunakan uji-t.
c. Analisis
Akhir (Pengujian Hipotesis)
Analisis data setelah eksperimen
yaitu untuk menguji prestasi belajar matematika materi bilangan Romawi dari
kedua kelompok setelah masing- masing memperoleh perlakuan. Persyaratan yang
harus dipenuhi pada analisis data ini menggunakan uji-t yang menunjukan adanya
perbedaan prestasi antara kedua kelompok yang akan diperbandingkan.
Adapun rumus yang digunakan untuk
menguji hipotesis adalah :
Keterangan:
: Nilai rata - rata kelompok eksperimen
: Nilai rata - rata kelompok kontrol
: Jumlah subyek kelompok eksperimen
: Jumlah subyek kelompok kontrol
X : Jumlah nilai kelompok eksperimen
Y : Jumlah nilai kelompok kontrol
(Sudjana, dalam Tri,
2007: 66)
*Penghitungan dalam
penelitian ini menggunakan program SPSS 17.
6.
Sistematika Skripsi
a.
Bagian Awal penulisan
skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto, halaman
persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
b.
Bagian Isi, terdiri
dari :
BAB I Pendahuluan
yang berisi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II Landasan Teori
yang berisi: pengertian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, media
pembelajaran, pemanfaatan kartu Domiro, pembelajaran matematika di SD,
teori-teori belajar matematika, hasil belajar matematika, kerangka berfikir dan
hipotesis.
BAB III Metodologi Penelitian yang berisi: rancangan
penelitian, populasi dan sampel dalam penelitian, variabel penelitian, teknik
pengumpulan data, teknik penyusunan instrumen, dan analisis data.
BAB IV Hasil
Penelitian dan Pembahasan yang berisi: hasil observasi dalam proses
pembelajaran, penyajian data secara garis besar, kemudian dianalisis
menggunakan metode statistik serta pembahasan hasilnya.
BAB V Penutup
berisi mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
c.
Bagian Akhir yang
berisi: daftar pustaka dan lampiran-lampiran.
Daftar Pustaka
.................... 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta: BP. Dharma Bhakti.
.................... 2011. Bab III Metode Penelitian. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/175980702201108583.pdf. Diakses 04/03/2011.
Admin4. 2008. Metode Kuantitatif. http://www.skripsi-tesis.com/07/05/metode-kuantitatif-pdf-doc.htm. Diakses 04/03/2011.
Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.
Budiningsih, Asri. 2008. Belajar
dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Defriachmad,
Chaniago. 2010. Aktivitas Belajar. http://id.shyoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/.
Diakses 02/05/2011.
Ekapura, Herman. 2009. Variasi Mengajar Guru dan Aktivitas Belajar Siswa. http://hrstrike.blogspot.com/2009/04/normal-0-false-false-false.html. Diakses 11/03/2011.
Fadli, Ade. 2004.SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: Benarkah untuk Mencerdaskan Bangsa?. http://timpakul.web.id/pendidikan.html. Diakses 24/02/2011.
Firmansyah, Iwan. 2009. Contoh Skripsi. http://iwanfirmansyahkadal.blogspot.com/2009_12_01_archive.html. Diakses 01/03/2011.
Hidayah, Yekti. 2006. Pengaruh Minat Belajar dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mengetik Manual dengan Sistem 10 Jari Siswa Kelas I Program Keahlian Administrasi perkantoran di SMK Negeri I Slawi Tahun Diklat 2005/2006. Semarang: UNNES.
Jalaludin. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Pada Materi Pokok Operasi Hitung Pecahan Melalui Media Kartu Di SD Negeri Cikandang 01 Kabupaten Brebes. Semarang: UNNES.
Kurniawan, Nursidik. 2007. Karakteristik dan Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar. http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/3. diakses 02/03/2011.
Munib, Achmad. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Pidarta, Made. 2007. Landasan
Kependidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Pitajeng. 2006. Pembelajaran
Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: departemen pendidikan Nasional
Departemen Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Poerwadarminta,
WJS. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Prihandoko, Antonius Cahaya. 2006. Pemahaman dan PenyajianKonsep Matematika Secara Benar dan Menarik.
Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi
Direktorat Ketenagaan.
Slameto. 2002. Belajar
dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
Soeparwoto. 2007. Psikologi
Perkembangan. Semarang: UPT MKK UNNES.
Subarinah, Sri. 2006. Inovasi
pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: departemen pendidikan
Nasional Departemen Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian Administrasi. Bandung: ALFABETA.
Sugiyono. 2010. Metode
Penelitian Pendidikan Pedekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.
Syarifuddin. 2009. Pembelajaran matematika Sekolah. http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html. Diakses 01/03/2011.
Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV Maulana.
Yamin, Martinis. 2007. Desain
Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan pendidikan. Jakarta: Gaung Persada
Press.
Yunita, Tri Raharja. 2007. Efektivitas Penggunaan Kartu BIMA dalam Pembelajaran Matematika Pada
Siswa Kelas IV Semester 2 SD Nasima Semarang Tahun Ajaran 2006/2007.
Semarang: UNNES.
Tegal,
7 Maret 2011
Yang
Mengajukan
Panitia
Sari
NIM.
1402407083
Mengetahui
Pembimbing
I Pembimbing II
Drs. Yuli
Witanto Dra. Noening Andrijati, M. Pd
NIP.
19640717 198803 1002 NIP. 19680610 199303 2 002
Mengesahkan,
Koordinator UPP Tegal
Drs. Yuli Witanto
NIP. 19640717 198803 1002
Tidak ada komentar:
Posting Komentar