Rabu, 16 Mei 2012

Proposal Skripsiku "EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KARTU DOMIRO DALAM PEMBELAJARAN BILANGAN ROMAWI TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI DABIN BARAT BANTARKAWUNG BREBES"



EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KARTU DOMIRO
DALAM PEMBELAJARAN BILANGAN ROMAWI
TERHADAP AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV DI SD NEGERI DABIN BARAT
BANTARKAWUNG BREBES

PROPOSAL SKRIPSI
Untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan
Prodi Pendidikan Guru Sekolah Dasar



Oleh
Panitia Sari
1402407083



PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2011
PROPOSAL SKRIPSI

A.      Judul
Efektivitas penggunaan kartu Domiro dalam pembelajaran bilangan Romawi terhadap aktivitas dan hasil belajar siswa kelas IV SD Negeri di Dabin Barat Bantarkawung Brebes

B.       Latar Belakang Masalah
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Pasal 3 Tahun 2003, yaitu: “Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab”. (Ade Fadli, 2004)
Dari pengertian di atas tergambar secara jelas bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk membina dan menggambarkan persatuan bangsa diawali dari pemberian bekal pengetahuan, sikap dan keterampilan kepada peserta didik. Salah satu tujuan pendidikan adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu tolok ukur untuk menilai keberhasilan mengajar menggunakan hasil yang dicapai siswa dalam belajar. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam upaya untuk mencapai tujuan pendidikan yang telah ditetapkan.
Untuk dapat terlaksananya pembelajaran matematika dengan baik pada jenjang pendidikan SD, diperlukan guru yang terampil merancang dan mengelola proses pembelajaran seperti yang tercermin dalam rambu-rambu pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Rambu-rambu tersebut antara lain guru hendaknya dapat memilih dan menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dari pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa guru diharapkan dapat merancang dan mengelola proses pembelajaran, agar dapat mengajarkan matematika dengan baik. Mengajarkan matematika mengandung makna aktivitas guru mengatur kelas dengan sebaik-baiknya dan menciptakan kondisi yang kondusif sehingga siswa dapat belajar matematika dengan baik. Selain itu guru dituntut untuk menggunakan strategi pembelajaran yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam belajar matematika.
Matematika merupakan ilmu dasar yang sudah menjadi alat untuk mempelajari ilmu-ilmu lain. Oleh karena itu, penguasaan terhadap matematika mutlak diperlukan, dan konsep-konsep matematika harus dipahami dengan betul dan benar sejak dini. Antonius Cahya (2006: 1) menyatakan bahwa konsep-konsep dalam matematika merupakan suatu rangkaian sebab akibat. Suatu konsep disusun berdasarkan konsep-konsep sebelumnya, dan akan menjadi dasar bagi konsep-konsep selanjutnya, sehingga pemahaman yang salah terhadap suatu konsep, akan berakibat pada kesalahan pemahaman terhadap konsep-konsep selanjutnya.
Salah satu materi pelajaran yang diajarkan di Sekolah Dasar adalah mata pelajaran matematika. Pembelajaran matematika di Sekolah Dasar ditekankan pada pembelajaran penguasaan bilangan (number sense) yang tidak hanya bermakna mengenal dan terampil melakukan operasi pada bilangan, tetapi harus dapat memantapkan pengetahuan tentang bilangan. (Tri, 2007: 3)
Perkembangan kognitif anak usia Sekolah Dasar pada hakikatnya berada dalam operasi konkret. Siswa sudah dapat memahami konsep-konsep matematika yang sangat sederhana, dan masih dipengaruhi oleh objek-objek visual. Hal inilah yang menyebabkan pengajaran matematika di Sekolah Dasar, terutama pada penanaman konsep dasar matematika sangat diperlukan penggunaan alat peraga/praktik secara tepat.Selain itu, yang menyebabkan rendahnya prestasi belajar matematika di Sekolah Dasar yaitu adanya anggapan dari siswa bahwa matematika sulit dipelajari dan guru masih kurang kreatif dalam membelajarkan matematika di Sekolah Dasar. Misalnya, guru masih hanya menggunakan metode ceramah, diskusi dan tanya jawab yang membuat situasi belajar siswa menjadi tertekan dan tidak menyenangkan. Kondisi belajar mengajar seperti inilah yang menyebabkan perolehan nilai matematika pada siswa Sekolah Dasar semakin merosot dibandingkan pelajaran lainnya. Hal ini perlu mendapat perhatian khusus dari para guru serta calon guru untuk melakukan suatu upaya agar dapat meningkatkan prestasi belajar matematika siswanya. Kline (Dryen&VosdalamPitajeng, 2006: 1) menyatakanbahwabelajarakan efektif jika dilakukan dalam suasana yang menyenangkan. Untuk itu, dalam belajar, siswa diberi kesempatan merencanakan dan menggunakan cara belajar yang mereka senangi.
Berdasarkan uraian di atas, peneliti berupaya untuk mengubah situasi belajar siswa menjadi tidak tertekan, menyenangkan, dan mudah dipahami yaitu dengan mengubah cara pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dan tidak disukai siswa menjadi lebih disukai siswa. Cara pembelajaran tersebut yaitu dengan menggunakan alat peraga/praktik permainan kartu Domiro. Kartu Domiro merupakan media visual/cetak, berisikan/tertuliskan bilangan asli dan bilangan Romawi. Permainan kartu Domiro cocok untuk siswa kelas IV, karena siswa SD  kelas IV masih senang bermain, bergerak, bekerja dalam kelompok, dan senang merasakan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Di Sekolah Dasar, materi bilangan Romawi hanya diajarkan sekali yaitu di kelas IV semester 2. Bukan berarti karena hanya diajarkan sekali maka bilangan Romawi merupakan materi yang tidak penting, tapi sebaliknya bilangan romawi diajarkan di sekolah dasar itu penting. Seperti yang kita ketahui dalam kehidupan sehari-hari sering dijumpai bilangan Romawi, seperti dalam bab buku, tingkatan, penomoran alamat rumah, penomoran kelas, dan lain-lain. Hal tersebut menunjukkan bahwa betapa pentingnya materi bilangan Romawi diajarkan di sekolah dasar, sehingga dalam pembelajarannya diharapkan tidak membosankan bagi siswa. Pada saat kelas IV siswa baru saja mengalami peralihan yakni dari kelas rendah ke kelas tinggi, sehingga pembelajaran yang mengandung unsur permainan masih sangat membantu guru dalam memberi pemahaman suatu konsep materi kepada siswanya.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara peneliti bersama guru kelas IV SD Negeri Jipang 02, dalam pembelajaran bilangan Romawi belum pernah menggunakan metode atau media yang dapat melibatkan siswa atau membuat siswa kreatif. Tetapi guru-guru di SD Negeri Jipang, bahkan di Daerah Binaan (Dabin) Barat masih menggunakan metode atau media konvensional.
Berdasarkan uraian tersebut peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tentang pengajaran menggunakan kartu Domiro pada materi bilangan Romawi, dengan judul “Efektivitas Penggunaan Kartu Domiro dalam Pembelajaran Bilangan Romawi Terhadap Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SD Negeri di Dabin Barat Bantarkawung Brebes”.

C.      Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat diidentifikasikan beberapa masalah sebagai berikut:
1.        Pembelajaran dengan metode konvensional tanpa media menyebabkan perolehan nilai matematika pada siswa Sekolah Dasar semakin merosot dibandingkan pelajaran lainnya.
2.        Guru kurang kreatif dalam mengajar matematika, khususnya dalam memanfaatkan atau menciptakan media, dan penggunaan metode pembelajaran.
3.        Strategi pembelajaran matematika di sekolah masih monoton (misal ceramah, diskusi, dan tanya jawab) atau masih dengan cara konvensional, sehingga siswa akan merasa bosan dan takut terhadap pelajaran matematika.

D.      Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi permasalahan sebagai berikut:
1.        Faktor instrumen yang dieksperimenkan dalam penelitian ini yaitu penggunaan kartu Domiro dalam pembelajaran bilangan Romawi.
2.        Faktor keefektifan media dalam meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran bilangan Romawi.

E.       Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.        Apakah aktivitas belajar siswa yang menggunakan media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada aktivitas belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?
2.        Apakah hasil belajar siswa yang menggunakan media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional?

F.       Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1.        Tujuan Umum
Untuk memperoleh alternatif media dalam pembelajaran matematika khususnya pada materi bilangan Romawi.
2.        Tujuan Khusus
a.    Untuk memperoleh gambaran dan informasi, apakah aktivitas belajar siswa yang menggunakan media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada aktivitas belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.
b.    Untuk memperoleh gambaran dan informasi, apakah hasil belajar siswa yang menggunakan media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional.

G.      Manfaat Penelitian
1.        Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini dapat memberikan:
a.    Memberikan informasi mengenai pengembangan media pada mata pelajaran matematika kepada dinas pendidikan khususnya di tingkat Sekolah Dasar.
b.    Memberikan bahan kajian lebih lanjut kepada peneliti dan akademisi mengenai, khususnya di bidang pendidikan dan penyelenggaraan pembelajaran.

2.        Manfaat Praktis
Hasil temuan akan memberikan acuan dan menyediakan alternatif kepada guru Sekolah Dasar mengenai:
a.    Media pembelajaran matematika yang tepat dengan memperhatikan aktivitas belajar siswa.
b.    Media pembelajaran yang inovatif dapat mengoptimalkan konstruksi pengetahuan siswa yang secara positif mempengaruhi pencapaian hasil belajar siswa.

H.      Landasan Teori dan Hipotesis
1.      Landasan Teori
a.    Matematika Sekolah Dasar
Istilah matematika berasal dari bahasa Yunani, mathein atau mathenein yang berarti mempelajari. Kata matematika diduga erat hubungannya dengan bahasa Sansekerta, medha atau widya yang artinya kepandaian, ketahuan, atau intelegensia. (Nasution dalam Sri Subarinah, 2006: 1).
Materi yang diajarkan di pendidikan Dasar dan Menengah disebut matematika sekolah. Menurut Depdikbud (dalam Syarifudin, 2010) matematika sekolah memiliki ciri-ciri: 1) memiliki obyek yang abstrak; 2) memiliki pola deduktif dan konsisten; 3) tidak dapat dipisahkan dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK).Matematika sekolah mengandung pengertian bahwa materi dan pola pikirnya disesuaikan dengan proses kemampuan siswa. Meskipun matematika sekolah mempunyai objek yang abstrak, namun pengajarannya dapat dimulai dari objek kongkrit.
Bidang kajian inti matematika SD mencakup bilangan, geometri dan pengukuran, dan pengelolaan data. Materi matematika yang dipelajari sampai dengan kelas V mencakup bilangan serta geometri dan pengukuran, sedangkan pengelolaan data baru ditambahkan pembelajarannya  di kelas VI.


b.    Karakteristik Siswa SD
Usia siswa SD berkisar antara 7-12 tahun. Menurut Jean Piaget (dalam Soeparwoto, 2007: 85) anak usia 7-12 tahun merupakan tahap kongkret operasional. Pada tahap ini anak sudah memahami hubungan fungsional, karena mereka sudah menguji coba suatu permasalahan. Cara berfikir anak masih kongkret, belum menangkap abstrak.
Menurut Nursidik Kurniawan (2007),ada beberapa karakteristik anak di usia Sekolah Dasar yang perlu diketahui para guru, agar lebih mengetahui keadaan peserta didik khususnya ditingkat Sekolah Dasar. Adapun karakeristik siswa SD diantaranya:
1)        Senang bermain
Karakteristik ini menuntut guru SD untuk melaksanakan kegiatan pendidikan yang bermuatan permainan lebih-lebih untuk kelas rendah. Guru SD seyogyanya merancang model pembelajaran yang memungkinkan adanya unsur permainan di dalamnya.
2)        Senang bergerak
Orang dewasa dapat duduk berjam-jam, sedangkan anak SD dapat duduk dengan tenang paling lama sekitar 30 menit. Oleh karena itu, guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak berpindah atau bergerak. Menyuruh anak untuk duduk rapi untuk jangka waktu yang lama, dirasakan anak sebagai siksaan.
3)        Anak senang bekerja dalam kelompok
Dari pergaulanya dengan kelompok sebaya, anak belajar aspek-aspek yang penting dalam proses sosialisasi, seperti: belajar memenuhi aturan-aturan kelompok, belajar setia kawan, belajar tidak tergantung pada diterimanya dilingkungan, belajar menerimanya tanggung jawab, belajar bersaing dengan orang lain secara sehat (sportif), mempelajarai olah raga dan membawa implikasi bahwa guru harus merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak untuk bekerja atau belajar dalam kelompok, serta belajar keadilan dan demokrasi.

4)        Senang merasakan atau melakukan/memperagakan sesuatu secara langsung.
Ditunjau dari teori perkembangan kognitif, anak SD memasuki tahap operasional konkret. Dari apa yang dipelajari di sekolah, ia belajar menghubungkan konsep-konsep baru dengan konsep-konsep lama. Berdasar pengalaman ini, siswa membentuk konsep-konsep tentang angka, ruang, waktu, fungsi-fungsi badan, pera jenis kelamin, moral, dan sebagainya. Bagi anak SD, penjelasan guru tentang materi pelajaran akan lebih dipahami jika anak melaksanakan sendiri, sama halnya dengan memberi contoh bagi orang dewasa. Dengan demikian guru hendaknya merancang model pembelajaran yang memungkinkan anak terlibat langsung dalam proses pembelajaran.
c.         Aktivitas Belajar
Menurut Poerwadarminta (2002: 23), aktivitas adalah kegiatan. Jadi aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan melalui proses interaksi guru dan siswa yang menunjang keberhasilan belajar. Aktivitas tersebut diutamakan pada siswa, karena dengan adanya aktivitas pada siswa dalam pembelajaran akan tercipta situasi belajar yang aktif. Menurut Rochman Natawijaya (dalam Defriachmad Chanoago, 2010), belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Keaktifan siswa selama proses belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila sering bertannya kepada guru atau siswa lain, mau mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi tugas belajar dan lain sebagainya.
Keterlibatan langsung siswa didalam proses pembelajaran memiliki intensitas keaktifan yang lebih tinggi. Dalam keadaan ini siswa tidak hanya sekedar aktif mendengar, mengamati dan mengikuti akan tetapi terlibat langsung didalam melaksanakan suatu percobaan, peragaan  atau mendemonstrasikan sesuatu. Dengan keterlibatan langsung ini berarti siswa aktif mengalami dan melakukan proses belajar sendiri.
Berdasarkan uraian di atas tersirat jelas bahwa aktivitas dalam belajar sangat diperlukan. Tanpa aktivitas, kegiatan belajar tidak akan berlangsung dengan baik.
d.        Hasil Belajar
Menurut Slameto (2002: 2), belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Menurut teori behavioristik (dalam Asri Budiningsih, 2008: 20), belajar adalah perubahan tingkah laku sebagai akibat dari adanya interaksi antara stimulus dan respon. Seperti halnya pendapat Thorndike (dalam Pitajeng, 2006: 39-40), mengemukakan teori pembelajaran stimulus respon yang disebut juga koneksionisme. Teori ini menyatakan bahwa pada hakekatnya belajar merupakan proses pembentukan hubungan antara stimulus dan respon. Terdapat beberapa dalil atau hukum yang dikemukakan Thorndike, yang mengakibatkan munculnya stimulus-respon ini, yaitu hukum kesiapan (law of readiness), hukum latihan (law of exercise), dan hukum akibat (law of effect).
Hukum latihan menyatakan bahwa jika hubungan stimulus-respon sering terjadi, maka hubungan akan semakin kuat.sedangkan semakin jarang hubungan stimulus-respon digunakan, maka makin lemahlah hubungan yang terjadi.
Menurut Catharina (2007: 5) hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh pembelajar setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek-aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh pembelajar. Oleh karena itu apabila pembelajar mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh peserta didik setelah mengalami kegiatan belajar.
e.         Media Pembelajaran
Menurut Martinis Yamin (2007: 176), media adalah kata jamak dari medium berasal dari kata latin memiliki arti perantara (between). Secara definisi media adalah suatu perangkat yang dapat menyalurkan informasi dari sumber ke penerima informasi.
Menurut Romiszowski (dalam Basuki Wibawa, 2001: 12), media ialah pembawa pesan yang berasal dari suatu sumber pesan (yang dapat berupa orang atau benda) kepada penerima pesan. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu ialah siswa. Pembawa pesan (media) itu berinteraksi dengan siswa melalui indera mereka.
Media yang digunakan dalam pembelajaran ada bermacam-macam mulai dari media yang sederhana hingga media yang rumit dan modern. Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam pembelajaran.
Menurut Bretz (dalam Martinis Yamin, 2007: 182), membagikan media menjadi tiga macam yaitu suara (audio), visual, dan media gerak. Media bentuk visual dibedakan menjadi tiga pula yaitu gambar visual, garis (grafis), dan simbol verbal.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan media pembelajaran berupa kartu Domiro. Kartu Domiro tersebut termasuk ke dalam jenis media visual, karena kartu Domiro merupakan media yang hanya berupa gambar.
f.          Kartu Domiro
Kartu Domiro merupakan salah satu media visual/cetak. Dalam penelitian ini kartu Domiro digunakan sebagai media dalam pembelajaran. Adapun kartu Domiro yang dimaksud berisikan/tertuliskan  bilangan asli dan bilangan Romawi.
Kartu Domiro yang akan digunakan berasal dari kertas manila yang ditempel di karton tebal, dengan ukuran tiap kartu yaitu 3 cm x 6 cm dengan alasan ukuran kartu ini dapat atau mudah dipegang anak yang rata-rata usia SD kelas IV.
Menurut Pitajeng (2006: 101), permainan dua persegi bilangan dipakai untuk memantapkan pemahaman anak terhadap konsep bilangan. Permainan Domi numbers dapat diberikan di kelas I SD sampai dengan kelas VI SD.
g.         Konsep Bilangan Romawi
Angka romawi adalah angka yang disusun berdasarkan urutan. Angka romawi tersusun dari tujuh angka dasar berurut dari yang paling kecil yaitu I (1), V (5), X (10), L (50), C (100), D(500), M (1000).
Dalam pembelajaran matematika materi bilangan Romawi di SD, siswa dituntut untuk:
1)      Mengenal bilangan Romawi
2)      Dapat membaca lambang bilangan Romawi
3)      Dapat menulis lambang bilangan Romawi
2.        Kerangka Berpikir
Salah satu materi pelajaran yang diajarkan di SD adalah mata pelajaran matematika. Pelajaran matematika di kalangan siswa SD dikategorikan sebagai salah satu pelajaran yang sangat sulit dipelajari dan sebagai momok yang menakutkan. Sehingga guru dituntut untuk menyampaikan materi pelajaran yang dapat dengan mudah dipahami oleh siswa dan disesuaikan dengan perkembangan kognitifnya serta mampu memotivasi siswa untuk lebih tertarik dan tidak takut pada mata pelajaran matematika, sehingga hasil pembelajaran matematika dapat ditingkatkan.
Usaha untuk meningkatkan keberhasilan pembelajaran matematika di kelas yaitu perlunya dukungan dari semua komponen sistem pembelajaran yang ada. Sistem pembelajaran yang dimaksud didalamnya mencakup penguasaan materi oleh guru, strategi/metode pembelajaran yang tepat, pengelolaan kelas yang efektif, penggunaan media dan alat bantu mengajar yang relevan, dan sarana prasarana sekolah.
Sesuai dengan tahap perkembangan kognitif yang diajarkan oleh Piaget, bahwa anak SD kelas IV berada pada tahap operasi konkret dimana anak mampu berpikir secara konkret dan mampu menggeneralisasikan objek-objek yang diamatinya sehingga penggunaan kartu Domiro dalam pembelajaran matematika pada materi bilangan Romawi dapat membantu siswa dalam menghafal, memahami, dan mengaplikasikan dalam penyelesaian soal-soal. Dengan kata lain, penggunaan kartu Domiro mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran matematika, dan efektif dalam proses belajar mengajar di kelas dibandingkan dengan tidak menggunakan kartu Domiro.
3.      Hipotesis
Berdasarkan kerangka berpikir, maka diajukan hipotesis sebagai berikut:       
          : Rerata aktivitas belajar siswa dengan penggunaan media permainan kartu Domiro tidak lebih baik dari pada rerata aktivitas belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional.
         : Rerata aktivitas belajar siswa dengan penggunaan media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada rerata aktivitas belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional.
          :  Rerata hasil belajar siswa dengan penggunaan media permainan kartu Domiro tidak lebih baik dari pada rerata hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional.
          :  Rerata hasil belajar siswa dengan penggunaan media permainan kartu Domiro lebih baik dari pada rerata hasil belajar yang menggunakan pembelajaran konvensional.

I.         Metodologi Penelitian
1.        Populasi dan Sampel
a.    Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono, 2010 : 117)
Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri di Dabin Barat Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes. Adapun ciri-ciri dari populasi dalam penelitian ini yaitu:
1)      Berakreditasi sama.
2)      Memiliki prestasi terbaik di Dabin Barat Kecamatan Bantarkawung Kabupaten Brebes.
3)      Memiliki kualifikasi guru yang sama.
b.    Sampel
Sampel penelitian menurut Sugiyono (2010: 118), adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini sampel diambil dengan menggunakan teknik Simple Random Sampling, dengan sistem undian dengan maksud agar setiap kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi sampel dalam penelitian. Adapun tekniknya dengan mengundi gulungan kertas sejumlah kelas, yang didalamnya tertulis nomor kelas, sehingga didapatkan satu kelompok eksperimen dan satu kelompok kontrol.
2.        Variabel Penelitian
Setiap masalah penelitian harus mengandung variabel yang jelas sehingga memberikan gambaran data atau informasi yang diperlukan untuk memecahkan masalah.
a.    Variabel Terikat
Variabel terikat yaitu variabel tergantung atau variabel akibat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah aktivitas dan hasil belajar matematika.
b.    Variabel Bebas
Variable bebas yaitu variabel yang mempengaruhi atau variabel penyebab. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah pembelajaran bilangan Romawi dengan menggunakan kartu Domiro.
Dalam penelitian ini, variabel bebas penggunaan media kartu Domiro diperlukan sedemikian rupa terhadap kelompok eksperimen, untuk mengetahui dampaknya terhadap variabel terikat yaitu aktivitas dan hasil belajar matematika. Eksperimen dilakukan dengan cara membagi dua kelompok. Kelompok satu pembelajaran tidak menggunakan kartu Domiro (kontrol), sedangkan pada kelompok dua pembelajaran menggunakan kartu Domiro (eksperimen).
3.        Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, peneliti akan mencari varibel-variabel penelitian dengan metode pengumpulan data sebagai berikut:
a.    Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah pengumpulan data dengan cara meminta data yang telah ada sebelumnya. (Djarwanto, 1990 dalam admin4, 2008).
Dalam hal ini dokumentasi yang digunakan adalah daftar nama siswa dan data kemampuan awal siswa SD yang menjadi objek penelitian.
b.    Metode Observasi
Menurut Sutrisno Hadi (dalam Tri Yunita, 2007: 51), metode observasi adalah metode yang dilakukan dengan pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang diselidiki. Jadi tanpa mengajukan pernyataan-pernyataan meskipun objeknya orang.
Dalam melaksakan observasi ini penulis menggunakan teknik check list (daftar cek) yang memuat tentang faktor-faktor yang akan diselidiki dan skala penilaian akan menggunakan teknik rating cale (skala penilaian) dari skala paling rendah ke skala yang paling tinggi.
Observasi sendiri akan dilaksanakan pada saat pembelajaran berlangsung pada kelas eksperimen dan kelas kontrol oleh supervisor sesuai draf yang sudah ada.
c.    Metode Tes
Tes dalam hal ini adalah sebagai alat pengungkap data secara sistematis untuk memperoleh data atau kecenderungan atau keterangan yang diinginkan tentang seseorang dengan cara yang cepat dan tepat. Dalam penelitian ini tes berfungsi untuk menguji hasil belajar bilangan Romawi dari kedua kelompok setelah masing- masing memperoleh perlakuan.
Bentuk tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes objektif dengan jumlah soal 15 dengan empat alternatif jawaban, masing-masing soal mempunyai poin 1 jika jawaban benar, sehingga maksimal poin yang didapat adalah 15 jika semua jawaban benar dengan waktu pengerjaan selama 60 menit.
4.        Instrumen Penelitian
Menurut Nana Sudjana (dalam Tri Raharja, 2007: 51), instrumen adalah alat pengumpulan data atau karena dalam penelitian instrumen saling bertindak sebagai alat informasi, maka instrumen juga bisa disebut alat evaluasi.
Dalam sebuah penelitian membutuhkan instrumen penelitian sebagai alat untuk memperoleh data penelitian. Beberapa instrumen penelitian yang diperlukan dalam penelitian eksperimen ini diantaranya adalah Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), silabus, kisi-kisi soal, soal-soal tes,  lembar jawab tes, kunci jawaban tes, pedoman penilaian, dan lembar pengamatan.
Dalam instrumen soal-soal tes, terdapat analisis uji coba instrumen. Tujuan dari analisis uji coba instrumen ini adalah untuk mengukur validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda butir soal.
a.       Validitas tes
Untuk mengetahui validitas item soal digunakan rumus korelasi product moment dengan rumus :
Keterangan :
              : koefisien korelasi XY
N                : banyaknya subyek uji coba
∑X              : jumlah skor item
∑Y              : jumlah skor total
∑X²                        : jumlah kuadrat skor item
∑Y²                        : jumlah kuadrat skor total
∑XY           : jumlah perkalian skor item dengan skor total
(Sugiyono, 2010: 255)
Kemudian hasil  dikonsultasikan dengan harga r product moment, dengan menetapkan taraf signifikasi 5%, jika > , maka alat ukur dikatakan valid.
b.      Reliabilitas
Untuk mengetahui reliabilitas perangkat tes soal pilihan ganda, digunakan rumus KR-21 sebagai berikut :
Keterangan :
ri     : reliabilitas instrumen keseluruhan
k     : banyaknya item soal
M    : mean skor total
s      : standar deviasi
(Sugiyono, 2010: 186)
Besar  dikonsultasikan dengan harga kritik product moment dengan menggunakan taraf signifikansi (α) = 5%. Jika  > , maka perangkat tes dikatakan reliabel.
c.       Taraf Kesukaran
Untuk mengetahui tingkat kesukaran soal pilihan ganda digunakan rumus:
Keterangan :
p     : tingkat kesukaran
B     : banyaknya siswa yang menjawab soal dengan benar
Js    : jumlah seluruh peserta tes
d.      Daya Pembeda Butir Soal
Untuk menghitung daya pembeda butir soal pilihan ganda dapat digunakan rumus :
Keterangan :
D                   : daya pembeda soal
Upper Group: kelompok unggul
Lower Group: kelompok asor
∑ testi            : jumlah siswa yang mengikuti tes
5.        Metode Analisis Data
a.    Deskripsi Data
Dalam penelitian ini data yang nantinya diamati merupakan data kualitatif dan data kuantitatif. Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau data kualitatif yang diangkakan. (Sugiyono, 2010: 15)
Data kualitatif dalam penelitian ini berbentuk aktivitas siswa saat mengikuti pembelajaran dengan penggunaan media permainan kartu Domiro, sedangkan data kuantitatifnya berupa hasil belajar yang termasuk dalam data rasio.
Data rasio adalah data yang jaraknya sama dan mempunyai nilai nol mutlak. Data ini dapat dirubah kedalam interval dan ordinal. Data ini juga dapat dijumlahkan atau dibuat perkalian secara aljabar. Data rasio adalah data yang paling teliti. (Sugiyono, 2010: 16)
b.    Uji Prasyarat Analisis
Adapun uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kesamaan rata-rata.
1)   Uji Normalitas
Statistik parametris bekerja berdasarkan asumsi bahwa data setiap variabel yang akan dianalisis berdistribusi normal (Sugiyono, 2010: 241). Dengan demikian, dalam pelaksanaan penelitian ini diperlukan uji normalitas untuk menyelidiki bahwa sampel yang diambil untuk kepentingan penelitian berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
Dalam penelitian ini uji normalitas dilakukan terhadap skor prestasi belajar yang dicapai seluruh anggota sampel dengan menggunakan metode Liliefors. Pengambilan keputusan uji dan penarikan kesimpulan diambil pada taraf signifikan 5%.
2)   Uji Homogenitas
Pada dasarnya uji homogenitas dilakukan untuk menyelidiki terpenuhi tidaknya sifat homogen pada variasi antar kelompok. Uji ini dilakukan terhadap skor prestasi belajar yang akan dikenai analisis variasi.
Rumusan hipotesis pada uji homogenitas ini adalah Ho = σ² = σ² melawan hipotesis alternatif H1 = paling sedikit satu tanda “=” tidak berlaku. Uji hipotesis mengenai homogenitas variasi dilakukan dengan uji Bartlett. Untuk uji Bartlett digunakan statistik Chi Kuadrat, yaitu:
Pengambilan keputusan dan penarikan kesimpulan terhadap uji hipotesis dilakukan pada taraf signifikan 5%.
3)   Uji Kesetaraan pun uji prasyarat yang dipakai dalam penelitian ini meuntuk lebih meyakinkan bahwa perbedaan aktivitas dan hasil belajar matematika pada penelitian ini dikarenakan oleh perlakuan yang diberikan, maka sebelum eksperimen berlangsung terlebih dahulu dilakukan uji kesetaraan antar kelompok. Hasil uji ini akan menunjukkan setara tidaknya kelompok-kelompok yang terlibat dalam eksperimen sebelum perlakuan diberikan. Uji yang digunakan untuk mengetahui kesamaan rata-rata, menggunakan uji-t.
c.       Analisis Akhir (Pengujian Hipotesis)
Analisis data setelah eksperimen yaitu untuk menguji prestasi belajar matematika materi bilangan Romawi dari kedua kelompok setelah masing- masing memperoleh perlakuan. Persyaratan yang harus dipenuhi pada analisis data ini menggunakan uji-t yang menunjukan adanya perbedaan prestasi antara kedua kelompok yang akan diperbandingkan.
Adapun rumus yang digunakan untuk menguji hipotesis adalah :     


Keterangan:
       : Nilai rata - rata kelompok eksperimen
       : Nilai rata - rata kelompok kontrol
       : Jumlah subyek kelompok eksperimen
       : Jumlah subyek kelompok kontrol
X         : Jumlah nilai kelompok eksperimen
Y         : Jumlah nilai kelompok kontrol
(Sudjana, dalam Tri, 2007: 66)
*Penghitungan dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 17.
6.        Sistematika Skripsi
a.         Bagian Awal penulisan skripsi berisi halaman judul, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar tabel, dan daftar lampiran.
b.         Bagian Isi, terdiri dari :
BAB I Pendahuluan yang berisi: latar belakang masalah, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan skripsi.
BAB II  Landasan Teori yang berisi: pengertian belajar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar, media pembelajaran, pemanfaatan kartu Domiro, pembelajaran matematika di SD, teori-teori belajar matematika, hasil belajar matematika, kerangka berfikir dan hipotesis.
BAB III  Metodologi Penelitian yang berisi: rancangan penelitian, populasi dan sampel dalam penelitian, variabel penelitian, teknik pengumpulan data, teknik penyusunan instrumen, dan analisis data.
BAB IV Hasil Penelitian dan Pembahasan yang berisi: hasil observasi dalam proses pembelajaran, penyajian data secara garis besar, kemudian dianalisis menggunakan metode statistik serta pembahasan hasilnya.
BAB V Penutup berisi mengenai kesimpulan dan saran dari hasil penelitian.
c.         Bagian Akhir yang berisi: daftar pustaka dan lampiran-lampiran.

Daftar Pustaka

.................... 2003. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas. Jakarta: BP. Dharma Bhakti.

 

.................... 2011. Bab III Metode Penelitian. http://digilib.uns.ac.id/upload/dokumen/175980702201108583.pdf. Diakses 04/03/2011.

 

Admin4. 2008. Metode Kuantitatif. http://www.skripsi-tesis.com/07/05/metode-kuantitatif-pdf-doc.htm. Diakses 04/03/2011.

 

Anni, Catharina Tri. 2007. Psikologi belajar. Semarang: UPT MKK UNNES.

 

Budiningsih, Asri. 2008. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Defriachmad, Chaniago. 2010. Aktivitas Belajar. http://id.shyoong.com/social-sciences/1961162-aktifitas-belajar/. Diakses 02/05/2011.

Ekapura, Herman. 2009. Variasi Mengajar Guru dan Aktivitas Belajar Siswa. http://hrstrike.blogspot.com/2009/04/normal-0-false-false-false.html. Diakses 11/03/2011.

 

Fadli, Ade. 2004.SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL: Benarkah untuk Mencerdaskan Bangsa?. http://timpakul.web.id/pendidikan.html.  Diakses 24/02/2011.

 

Firmansyah, Iwan. 2009. Contoh Skripsi. http://iwanfirmansyahkadal.blogspot.com/2009_12_01_archive.html. Diakses 01/03/2011.

 

Hidayah, Yekti. 2006. Pengaruh Minat Belajar dan Aktivitas Belajar Terhadap Hasil Belajar Mengetik Manual dengan Sistem 10 Jari Siswa Kelas I Program Keahlian Administrasi perkantoran di SMK Negeri I Slawi Tahun Diklat 2005/2006. Semarang: UNNES.

 

Jalaludin. 2010. Peningkatan Prestasi Belajar Matematika Siswa Kelas V Pada Materi Pokok Operasi Hitung Pecahan Melalui Media Kartu Di SD Negeri Cikandang 01 Kabupaten Brebes. Semarang: UNNES.

 

Kurniawan, Nursidik. 2007. Karakteristik dan Kebutuhan Anak Usia Sekolah Dasar. http://nhowitzer.multiply.com/journal/item/3. diakses 02/03/2011.

 

Munib, Achmad. 2007. Pengantar Ilmu Pendidikan. Semarang: UPT MKK UNNES.

 

Pidarta, Made. 2007. Landasan Kependidikan. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Jakarta: departemen pendidikan Nasional Departemen Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Poerwadarminta, WJS. 2002. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Prihandoko, Antonius Cahaya. 2006. Pemahaman dan PenyajianKonsep Matematika Secara Benar dan Menarik. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Slameto. 2002. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Soeparwoto. 2007. Psikologi Perkembangan. Semarang: UPT MKK UNNES.

Subarinah, Sri. 2006. Inovasi pembelajaran Matematika Sekolah Dasar. Jakarta: departemen pendidikan Nasional Departemen Jenderal Pendidikan Tinggi Direktorat Ketenagaan.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: ALFABETA.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan Pedekatan Kuantitatif, dan R&D. Bandung: ALFABETA.

Syarifuddin. 2009. Pembelajaran matematika Sekolah. http://syarifartikel.blogspot.com/2009/07/pembelajaran-matematika-sekolah-1.html. Diakses 01/03/2011.

 

Wibawa, Basuki dan Farida Mukti. 2001. Media Pengajaran. Bandung: CV Maulana.

Yamin, Martinis. 2007. Desain Pembelajaran Berbasis Tingkat Satuan pendidikan. Jakarta: Gaung Persada Press.

Yunita, Tri Raharja. 2007. Efektivitas Penggunaan Kartu BIMA dalam Pembelajaran Matematika Pada Siswa Kelas IV Semester 2 SD Nasima Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Semarang: UNNES.



Tegal, 7 Maret 2011
Yang Mengajukan


Panitia Sari
NIM. 1402407083
Mengetahui
Pembimbing I                                                                          Pembimbing II




Drs. Yuli Witanto                                                                    Dra. Noening Andrijati, M. Pd
NIP. 19640717 198803 1002                                                              NIP. 19680610 199303 2 002
Mengesahkan,
Koordinator UPP Tegal


Drs. Yuli Witanto
NIP. 19640717 198803 1002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar